Kasus Sate Maut: Bocah Diduga Korban Salah Sasaran, Adakah Kasus Lebih Besar di Baliknya?

Teka teki kasus sate maut yang menewaskan seorang bocah di Bantul DIY telah terkuak. Fakta fakta pun mulai nyata. Target pembunuhan ternyata bukan bocah anak dari driver ojek online, namun seorang penyidik polisi.

Siapa perempuan pengirim paket sate maut itu pun sudah diamankan oleh pihak kepolisian. Benarkah kasus ini merupakan pembunuhan berencana dan ada kasus lebih besar di baliknya? Perempuan misterius yang mengirimkan sate berisi racun sudah ditemukan.

Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Ngadi enggan memberikan keterangan secara gamblang. Namun ia menyebut perempuan misterius yang diamankan sesuai dengan keterangan saksi. "Tunggu besok ya. Iya sesuai dengan yang disampaikan oleh Bandiman,"katanya singkat, Minggu (02/05/2021). Ia pun enggan menyebutkan dimana perempuan misterius tersebut diamankan. "Ya tunggu besok,"sambungnya.

Kendati demikian ia memastikan identitas perempuan tersebut sudah dikantongi. Pihaknya pun akan segera menyelenggarakan konferensi pers terkait kasus sate beracun tersebut. "Akan kami sampaikan besok (konferensi pers), sekitar jam 09.00 atau 10.00,"ujarnya.

Fakta terbaru muncul lagi dari kasus Paket Sate Beracun yang menewaskan anak pengemudi Ojek Online warga Bantul. Paket Sate mengandung Potasium Sianida yang dikirim perempuan misterius ditujukan kepada pria bernama Tomi (T) yang berdomisili di daerah Bantul. Selidik punya selidik, Tomi yang jadi target Paket Sate dicampur Potasium Sianida ternyata anggota polisi.

Tomi adalah anggota Kepolisian di bagian Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polresta Yogyakarta. Pangkatnya Aiptu dan sudah menjadi penyidik senior di Reskrim Polresta Yogyakarta. Ia menjelaskan, T berpangkat Aiptu dan kini masih berstatus sebagai penyidik senior di Satreskrim Polresta Yogyakarta.

"Betul, yang bersangkutan adalah penyidik senior di Reskrim Polresta Yogyakarta, pangkatnya Aiptu," jelasnya. Timbul mengatakan ratusan kasus kriminal pernah ditangani. Saat ditanya terkait kasus kriminal paling krusial yang pernah ditangani oleh T, Timbul belum memastikan lebih lanjut.

"Belum tahu pasti kalau itu, banyak ya," kata Timbul Timbul pun membenarkan adanya informasi tersebut dan menegaskan bahwa T memang penyidik senior dengan kinerja yang baik. "Ya karena sudah senior di reskrim Polresta, artinya memang bisa bekerja," terang dia.

Namun demikian, Timbul belum memastikam sudah berapa lama T bertugas sebagai penyidik di Satreskrim Polresta Yogyakarta. "Kalau itu belum tahu pasti, yang jelas dia sudah senior," tegasnya. Menurut Timbul, selama mengabdi di jajaran Satreskrim Polresta Yogyakarta, T dikenal ramah dan baik kepada siapa pun.

Ia cukup terkejut lantaran ada seseorang yang mengirim paket sate beracun ke rumahnya, yang pada akhirnya justru salah sasaran dan menelan korban bocah berusia 10 tahun bernama Naba Faiz Prasetya, Warga Bangunharjo, Sewon, Bantul. "Dia dikenal ramah, dan biasa biasa saja dengan rekan rekan di Polresta. "Kalau untuk alasan mengapa dikirimi sate beracun ya itu kewenangan penyidik yang menangani," pungkasnya.

Kriminolog Universitas Gajah Mada (UGM) Suprapto menyimpulkan pengirim paket sate maut yang menewaskan bocah bernisial NFP (10) waga Bangunharjo, Sewon, Kabupaten Bantul, Minggu (25/4/2021) lalu, murni upaya pembunuhan berencana. Apalagi, sasaran yang dituju oleh pelaku adalah seorang penyidik senior di Satreskrim Polresta Yogyakarta. Menurutnya, jika melihat dari kronologi yang ramai diberitakan oleh media selama ini, Supraptro menilai pelaku yang hendak meracuni korbannya itu sangat berhati hati.

Analisanya berkata, perempuan tak dikenal yang meminta kepada Bandiman seorang driver ojol yang anaknya kini menjadi korban salah sasaran paket sate maut itu berusaha menghilangkan jejak dengan cara meminta Bandiman mengantarkan paket sate dengan cara offline. Ia menambahkan, keputusan penerima paket berinisial T untuk menolak pemberian paket sate misterius tersebut juga sangat tepat. Terbukti bahwa T yang kini diketahui sebagai penyidik dijajaran Satreskrim Polresta Yogyakarta itu sedang diincar oleh pelaku.

Menurut Suprapto titik terang kasus paket sate yang menelan korban siswa kelas IV SD itu mulai terlihat. Dalam hal ini, menurutnya Polisi dapat menyelidiki apakah ada seseorang yang diduga pelaku dan memiliki kekuatan ekonomi yang berpengaruh, ataupun seseorang yang memiliki pengaruh terhadap publik yang merasa terancam karena terjerat kasus tertentu, sehingga ingin menghabisi penyidik berinisial T tersebut. "Artinya misalnya ada orang tertentu kuat dalam ekonomi dan berpengaruh di publik ingin menghabisi T. Apalagi dia penyidik, ada salah satu yang tidak terima, khawatir jadi tersangka terus mencoba membunuh," jelas Suprapto.

Lalu, jika betul pengiriman tersebut dimaksudkan untuk menghabisi nyawa seseorang, mengapa pengirim secara terang terangan menyebut nama Hamid sebagai pengirim paket tersebut? Menanggapi pertanyaan itu, Suprapto menganalisa ada empat kemungkinan yang dapat terjadi di balik nama 'Hamid' yang disampaikan oleh driver ojol tersebut kepada T saat mengantarkan paket sesuai arahan pengirim. Kemungkinan pertama, memang ada nama Hamid yang mengenal pelaku namun alamatnya bukan di Pakualaman, seperti yang diketahui selama ini.

Kedua, nama Hamid memang benar ada dan tinggal di Pakualaman, akan tetapi itu hanya dijadikan sebuah alibi saja oleh pelaku. "Tapi pada kenyataanya dia (Hamid) tidak tinggal di Pakualaman. Hanya sebagai alibi saja, dan untuk eksistensi pelaku bahwa Hamid masih ada dan tidak terima atas kasusnya yang sedang ditangani T, lalu kiriman paket itu bentuk teror olehnya," jelas dia Kemungkinan ketiga, Suprapto menganalisa jika nama Hamid bukan nama sebenarnya pelaku.

Lalu kemungkinan keempat, ia menilai jika semuanya adalah fiktif, dan perempuan yang mengirim sate itu hanya spontan mengucapkan kepada driver Ojol supaya paketnya dapat sampai ke rumah T. "Ini menjadi upaya merencanakan pembunuhan, dan perempuan yang bertemu dengan driver ojol bukan sepenuhnya pelaku tunggal," kata dia. Alasan lainnya mengapa pelaku mengirimi paket sate kepada T, menurut Suprapto sangat dimungkinkan jika pelaku sempat negosiasi dengan penyidik T atas kasus yang ditangani dan menyeret nama pelaku.

Lalu pelaku merasa kesal lantaran upaya negosiasi yang dilakukan gagal, sehingga pelaku berniat membunuh T. "Saya kira sangat mungkin ada orang tak terima kasusnya diusut penyidik. Dan pelaku sempat negosiasi agar kasusnya ditutup kepada penyidik T, lalu ia menolaknya dan terjadilah upaya pembunuhan. Atau bisa jadi ini teror eksitensi penyidik kepolisian," terang dia. Suprapto mengaku sangat mengikuti kasus kiriman paket sate misterius tersebut.

Ia pun yakin jika peristiwa yang menewaskan bocah berusia 10 tahun itu merupakan upaya pembunuhan berencana oleh pelaku. Pasalnya, jika itu murni kejadian urgensi, seharusnya korban keracunan lebih dari satu dan bukan hanya menimpa pada keluarga Bandiman saja. "Saya meyakini racun itu tidak dibubuhi oleh penjual sate. Karena jika itu dari penjual sate, korbannya bukan dari keluarga Bandiman saja. Saya kira racun itu dibubuhkan setelah pelaku membeli sate," ungkap Dosen Sosiologi UGM ini.

Ia menilai racun jenis tertentu telah disiapkan oleh pelaku, termasuk rencana pengiriman melalui driver ojol dengan sistem offline sudah direncanakan sejak awal supaya jejak pelaku tak terendus. Oleh karenanya, Suprapto menilai jika pelaku terancam hukuman seumur hidup lantaran melaggar pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. "Paling ringan penjara seumur hidup harusnya. Dan paling fatal ya hukuman mati," tegas dia.

Ia meminta kepada pihak Kepolisian agar betul betul mengusut tuntas kasus tersebut. Karena jika nantinya hanya menguap begitu saja, bisa jadi pembunuhan serupa akan terulang kembali dan sangat meresahkan masyarakat. "Harus dikawal betul. Karena kalau tidak itu bisa jadi modus operandi baru, bentuk teror kepada penyidik kepolisian," imbuh Suprapto.

Sebelumnya diberitakan seorang bocah berinisial NFP (8) meninggal dunia setelah menyantap sate yang dibawa oleh Bandiman, ayahnya, Minggu (25/04/2021). Sate yang dibawa Bandiman tersebut pemberian sosok perempuan misterius yang memesan jasa pengiriman secara offline. Perempuan misterius tersebut meminta Bandiman mengirimkan makanan ke Bangunjiwo, Kasihan, Bantul kepada seseorang berinisial T.

Namun saat sampai di lokasi, T sedang berada di luar kota. Juga tidak mengenal pengirim dan merasa tidak memesan makanan. Kemudian makanan tersebut diberikan kepada Bandiman.

Sesampainya di rumah, Bandiman dan keluarganya menyantap sate tersebut saat berbuka puasa. Namun sayangnya sate tersebut mengandung racun dan akhirnya merenggut nyawa putra sulungnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *